Berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar.Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Anonim, 1995).Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase,
yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan hidroksokobalamin (Olson, 2007). Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti 37 beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan.
Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia substansi ini tebatas.Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ka mitokondria secara perlahan. Natrium tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang, sebaiknya
diberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga merupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi, misalnya pada kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsik nontoksik tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat
menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12.5 g i.v. biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas (Meredith, 1993).
Natrium tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida.Antidot ini diberikan sebanyak 50 ml dalam 25 % larutan. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan oleh tiosulfat, namun tiosianat memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada berat badan (Meredith, 1993).
1. Indikasi
a. Dapat diberikan sendiri ataupun dikombinasikan dengan nitrit atau
hidroksokobalin pada pasien keracunan sianida akut.
b. Perawatan secara empiris pada keracunan sianida berhubungan dengan
inhalasi.
c. Profilaksis selama infus nitroprusida. d. Ekstravasasi dari mechlorethamin.
e. Ingesti garam bromat (Olson, 2007).
2. Kontraindikasi
Tidak diketahui kontraindikasinya (Olson, 2007).
3. Efek samping
a. Infus intravena dapat menyebabkan rasa terbakar, kejang otot dan gerakan
tiba-tiba, dan mual dan muntah.
b. Penggunaan pada wanita hamil.
Kategori C berdasarkan FDA (Olson, 2007).
4. Interaksi obat
Tiosulfat dapat menurunkan konsentrasi sianida pada beberapa metode
(Olson, 2007).
5. Dosis dan cara pemberian
a. Untuk keracunan sianida.
Berikan 12.5 g (50 mL dari 25% larutan) secara IV pada 2.5-5 mL/menit.
Dosis untuk pediatrik sebesar 400 mg/kg (1.6 mL/kg dari 25% larutan) sampai 50
mL. Setengah dosis awal sebaiknya diberikan setelah 30-60 menit bila diperlukan
(Olson, 2007).
b. Untuk profilaksis selama infuse nitroprusida.
Tambahan 10 mg tiosulfat pada tiap milligram nitroprusida pada larutan
intravena dikatan dapat menjadi efektif, namun data kompatibilitasnya tidak
tersedia (Olson, 2007).
6. Formulasi
Parenteral, sebagai komponen pada paket antidot sianida, sodium tiosulfat,
25% larutan, 50 mL. juga tersedia dalam bentuk ampuldan vial yang berisi 2.5
g/10 mL atau 1 g/10 mL (Olson, 2007).
0 komentar:
Posting Komentar